Mendidik Anak
اَلْحَمْدُ ِللهِ, اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي خَلَقَ اْلأَشْيَآءَ * أَحْمَـدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدَ مَنْ عُفِيَ مِنَ الْبَلاَءِ * * أشـهـد أن لأ اله الا الله وحده لا شـريك لـه * واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله * اللهـم صـل وسـلم وبارك على سـيد نامحمـد وعلى ألـه وأصــحابه * أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم وايـاي بِتَقْوَى اللهِ * وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ * أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ * إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi perintah Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa kita mendapatkan anugerah rahmat dan kebahagiaan sejak kita hidup di dunia ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala , Amiin.
Marilah kita sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al Qur’an :
“Ketika Ya’qub berkata pada putra putranya : “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ?”
(QS. Al Baqarah 133).
Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal agama, aqidah dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi kita semuanya, bahwa kita harus senantiasa memperhatikan peribadatan anak cucu kita. Sedang kan Nabi Ya’qub sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan terhadap anak cucu keturunannya . Apalagi anak anak kita, dimana kita hanya sebagai manusia biasa , tentu keadaan anak anak kita akan lebih menghawatirkan. Kita tentu harus lebih memperhatikan, terlebih kita hidup dimasa sekarang ini, godaan lebih besar, pengaruh dan segala sesuatu sangat mengancam terhadap i’tiqad dan keyakinan kita. Tak dapat kita pungkiri kehidupan di masa sekarang ini terasa semakin sulit dan berat, persaingan dalam hidup semakin ketat. Semuanya lantaran pengaruh keadaan, hidup penuh dengan persaingan, sehingga mempengaruhi cara hidup, dan pola pikir masyarakat yang selalu tak pernah mau merasa kalah, juga tak pernah mau bersyukur menerima keadaan. Bahkan selalu merasa kurang, karena selalu melihat yang serba lebih dari kapasitas dirinya. Yang semuanya hanya diukur dengan materi dan kebendaan. Akhirnya masyarakat kita senantiasa silau menatap kehidupan yang serba glamour. Akhirnya kena penyakit matrialisme. Yang lebih dikhawatirkan oleh orang tua pada umumnya terhadap anak cucu hanyalah masalah masalah materi, khawatir jika tidak kebagian, mereka tidak seperti Nabi Ya’qub
Saudaraku kaum Muslimin yang berbahagia,
Jarang jarang orang tua di zaman dan saat ini, yang memberikan perhatian terhadap anak anaknya dalam hal keyakinan dan peribadatan seperti Nabi Ya’qub AS. Oleh karena pemahaman tentang hidup yang telah kacau lantaran pengaruh kehidupan yang telah banyak mempengaruhi pola pikir mayoritas masyarakat kita.
Paham yang serba materi dan kebendaan telah merasuki pikiran masyarakat pada ummnya, membuat keadaan memjadi berbalik dan kacau. Karena tuntutan materi dan persaingan, sehingga orang hidupnya untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup, untuk dapat memenuhi keinginan dan tujuan hidupnya. Sehingga tak pernah menghitung tujuan jangka panjangnya, menggapai kabahagian hidup di dunia ini sampai di akhirat kelak. Tetapi yang dikejar hanyalah tujuan jangka pendek, bagaimana agar dapat tercapai keinginan dan impianya, supaya dianggap orang sukses, hidup tidak kalah bersaing, harus selalu menang persaingan. Bahayanya orang semacam ini banyak melupakan ajaran dan tuntunan agama, tak lagi memperhitungkan halal haram, yang penting kesampaian dan tercapai keinginan. Selama tubuh sehat, mampu berbuat, tanpa kenal waktu untuk istirahat, siang malam terus bekerja, harus berkarya dan membawa hasil karya. Hidup hanya untuk bekerja. Bahkan sampai rela sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raga. Akhirnya terbukti, harta benda yang sangat dicinta, ternyata tak mampu melanggengkannya, apa lagi mempertahankan hidupnya. Ternyata harta benda yang dihasilkan dengan susah payah , belum sempat dinikmatinya, terpaksa semua harus ditinggalkannya, hartanya tak mampu menghalangi kehendak Allah Yang Maha Perkasa, ia dipanggil menghadapNya sebelum usia tua. Atau sebaliknya justru harta benda yang meninggalkannya, karena dipaksa oleh keadaan yang harus menguras harta benda kekayaannya untuk menebus obat penyakit yang diderita, yang akhirnya hilanglah penyakitnya bersama nyawa yang hanya satu satunya.
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita sadar, kwajiban mendidik anak anak kita, kita bekali mereka pengetahuan, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang bodoh tanpa pengetahuan agama. Nabi memperingatkan para orang tua,
مـن تـرك ولـده جـاهـلا كان كـل ذنب عـمـلــه عـلـيــه
“Barang siapa yang meninggalkan anak dalam keadaan bodhoh (tidak mengerti agama) , niscaya dosa yang dilakoni anak oleh sebab bodhonya, dibebankan kepada orang tuanya”
Semoga kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Memenuhi amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian menjadi generasi yang shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ *وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar