Senin, 26 Februari 2024

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Bulan Rajab

 

Khutbah 1

اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوى عَلَيْهِ الْجَنَانُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ  وَعَلى ألِهِ وَأَصْحَابِه أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْجُوْدِ وَالْوَفَاءِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِه وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

 Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini.

 

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selau dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin. 

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Kali ini khatib menyampaikan judul khutbah memaksimalkan ibadah di Rajab. 

Manusia adalah makhluk Allah yang dimuliakan dan dalam bentuk yang paling sempurna dibandingkan makhluk Allah yang lainnya. Namun di sisi lain, Allah memberikan tugas kepada manusia dalam menjalankan hidup di dunia untuk selalu beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:

   وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ   

 “Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah.” (QS Ad-Dzariyat: 56) 

 

Ayat di atas berlaku untuk setiap waktu selama manusia masih bisa menghirup udara bebas yang sehat serta normal. Selain itu, manusia juga berharap menjadi orang yang paling baik dan mulia di sisi manusia, apalagi di sisi Allah swt. Karenanya manusia banyak yang berusaha menjadi hamba yang terbaik dengan melakukan ibadah sebagai bentuk takwa agar benar-benar mendapatkan pengakuan Allah sebagai orang yang paling baik takwa atau ketundukannya kepada Allah. Allah berfirman:

 … اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

 ’’…. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.’’ (QS Al-Hujurot: 13)

 

Sidang Jumat rahimakumullah

Hari ini masih dalam suasana Rajab, mari kita maksimalkan ibadah. Jangan sia-siakan. Lakukan dengan maksimal. Di antaranya: 

 

Pertama, perkuat takwa dengan Shalat Taubat

Tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa dan kesalahan. Dalam rangka menggapai ketakwaan kepada Allah, mari mulai dengan membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan dengan mengawali melakukan Shalat Taubat dengan taubatan nashuha (QS At-Tahrim: 8), tobat yang benar-benar tobat.

Kedua, memaksimalkan puasa Rajab 

Saat Rajab disunnahkan untuk berpuasa, ada yang berpuasa satu hari di awal, ada yang berpuasa 3 hari, ada juga yang berpuasa 10  hari di awal Rajab. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengingatkan kepada diri kami dan jamaah sekalian untuk berusaha melakukan ibadah puasa Rajab selama satu bulan penuh. Nabi Muhammad saw pernah melakukan ibadah puasa selama satu bulan penuh dalam rangka memaksimalkan ibadah di Rajab.

 

Ketiga, perbanyak memanjatkan doa

Doa merupakan ungkapan harapan dari seorang makhluk untuk Tuhannya. Kebaikan-kebaikan dari harapan mahluk bisa terwujud dalam kehidupannya. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dan berjanji untuk mengabulkannya dengan hak prerogative-Nya. (QS Ghafir: 60)

 

Dalam Rajab yang mulia Nabi sudah memberikan contoh doa untuk dipanjatkan kepada Allah agar kebaikan dan keberkahan didapatkan dalam kehidupan. Untuk itu panjatkan doa-doa terbaik yang dibutuhkan dan maksimalkan, yakinlah dengan janji Allah akan mengabulkannya.

 

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

 

’’Ya Allah, berkahilah kami di Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan.’’ (HR Baihaqi dan HR Ahmad)

 Keempat, memperbaiki kualitas shalat

Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad membawa pesan penting untuk umat Islam agar melaksanakan ibadah shalat dengan 50 kali sehari dalam perintah pertamanya, kemudian didiskon menjadi 5 kali dalam sehari semalam.

 

Oleh karena itu, mari kita jadikan momen Rajab untuk memperbaiki ibadah shalat dengan cara menyempurnakannya

 

Kelima, melakukan atirah 

Jika termasuk orang kaya atau mampu, mempunyai peluang dan kesempatan untuk memaksimalkan Rajab dengan melakukan atirah atau memotong hewan. Dagingnya dimakan bersama keluarga dan tetangga dekat atau tamu yang hadir sebagai bentuk memuliakan Rajab. Rasulullah bersabda:

 إنَّ عَلَى كُلِّ أهْلِ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أَضْحِيَةٍ أَوْ عَتِيْرَ ةٍ

 

Artinya: “Hendaknya setiap keluarga dalam setiap tahun melaksanakan udlhiyah (korban) atau athirah.” (HR Abu Daud No 2788 dan HR Nasai No 167 dan HR Ibnu Majah No 3125)

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita diberikan kekuatan dan kemudahan dalam memaksimalkan ibadah pada Rajab ini. Amin.

 

بَارَكَ اللّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.

 

 

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Amalan di Bulan Sya'ban

 

الْحَمْدُ لِلهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ وَاَعْطَانَا مَاعِنْدَهُ مِنَ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعْمَةِ الْجِسْمِ وِالْمُجَسَّمِ وَهِيَ الصِّحَةُ وَالْإِيْمَانُ وَالْإِسْلاَمُ، أَشْهَدُ اَنْ لاَإِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُتَّصِفُ بِالْبَقَاءِ وَالْقِدَمِ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اِلَى جَمِيْعِ الْعَالَمِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ مُحَمّدٍ صَاحِبِ الظِّلِّ فِى الْغَمَامِ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ الْبَرَرَۃِ الْكِرَامِ
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهاَ الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ فَقَالَ تَعاَلىَ فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


Jamaah Jumat rahimakumullah


Monggo kito sami ningkataken takwa dumateng Gusti Allah, wonten ing panggenan pundi kimawon kanti tansah nindakaken sedoyo perintah lan nebihi sedoyo awisanipun, supados kita tansah pikantuk rahmat lan kabegjan saking ngerso Gusti Allah.
​​​Shalawat serto salam keaturaken dumateng Kanjeng Nabi Muhammad, keluargo, sahabat, tabi’ tabiin ingkang dipun ibarataken kados dene rembulan lan lintang ingkang madangi alam dunyo.


Perintah anggenipun kito kedah ngabekti lan taat sampun dipun dawuhaken Gusti Allah:


وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ ۚ فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَىٰ رَسُولِنَا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ


Artosipun: Lan podo ta’ato siro kabeh marang Gusti Allah lan Rasulullah, lamun siro kabeh  mengo (berpaling), mongko saktemene kewajibane utusan kito iku namung nyampeaken (amanat Allah) kanti jelas. (At-Taghabun, 12)
Ngabekti dumateng Gusti Allah lan Kanjeng Nabi saget dipun wiwiti saking ngelampahi kesaenan ing lebete wulan Syaban. Amergi wulan Sya’ban nggadahi kautamaan ageng, ing antawisipun ganjaran ageng kagem tiyang ingkang ngelampahi poso sunnah lan ngatahaken moco shalawat.


Hadirin Ingkang Minulyo

​​​​​​​
Sakmangken kito sampun mlebet wulan Sya’ban ingkang nggadahi pinten-pinten hikmah lan kautamaan. Gusti Allah maringi dumateng umat Islam ing wulan Sya’ban kesaenan ingkang katah. Sahabat Ibn Abbas dawuh:


إِنَّمَا سُمِيَ شَعْبَانَ لِأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ لِلصَّائِمِ فِيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ 


​​​​​​​Artosipun: Dipun wastani wulan Sya’ban, kranten ing lebete katah kesaenan kagem sinten kimawon ingkang poso ing lebete, ngantos piyambake mlebet suwargo (Jami’ Shaghir).


​​​​​​​Dawuh meniko dipun jelasaken wonten kitab Al-Taisir syarah Jami’ Saghir bilih wulan Sya’ban nggadah kautamaan menawi dipun isi kaliyan amal ibadah kados dene poso sunnah, hinggo tiyang ingkang ngelampahi poso niku wau saget mlebet suwargo tanpo sikso. Ananging, tasik katah tiyang ingkang supe kaliyan kautamaane Sya’ban. 


​​​​​​​Wonten setunggale riwayat, Usamah bin Zaid nalikane semerap Kanjeng Nabi poso, lajeng ngucap: “Duh Kanjeng Nabi, kulo mboten nate semerap panjenengan poso sunnah ing setunggale wulan kados dene ing wulan Sya’ban”. Kanjeng Nabi dawuh:


ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


​​​​​​​Artosipun: Niki wulan ingkang sering dipun laliaken menungso antarane Rajab lan Ramadan, nggih meniko wulan ingkang sedoyo amal dipun angkat marang Gusti Allah. Mongko ingsun seneng lamun amal ingsun diangkat nalikane poso (HR. An-Nasa’i)


Jamaah Jumat Ingkang Sami Bahagio


Saking hadis kasebat, jelas sanget bilih wulan Sya’ban nggadahi kautamaan ingkang ageng, kranten Kanjeng Nabi sampun nyontohi kaliyan poso sunnah. Nopo malih ing lebete wulan Sya’ban miturut ulama tafsir ayat perintah shalawat mandap, ayate nggih meniko:


إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


​​​​​​​Artosipun: Saktemene Gusti Allah lan poro malaikate iku podo moco shalawat ingatase Kanjeng Nabi, Hei wong-wong kang podo iman, mocoho shalawat siro kabeh ingatase Kanjeng Nabi lan podoho moco salam penghormatan kanti tenanan (Al-Ahzab, 56)


​​​​​​​Pramilo, monggo kito sedoyo nggayuh kesaenan, ngatahaken ibadah sunnah kados poso sunnah, tahajjud lan moco sholawat ing wulan Sya’ban. Supados kito saget pinanggih kaliyan wulan Ramadan estu-estu resik lan siap nyambut wulan Ramadan kanti bahagio.


​​​​​​​Mugi-mugi kito saget ngisi wulan Sya’ban kelawan ngatahaken moco sholawat kanti ikhlas, istiqomah lan saget pikantuk pitulung saking Gusti Allah lan syafaatipun Kanjeng Nabi Muhammad. Amin.


أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكمُ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلَّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيُم